PM Australia Julia Gilard
SYDNEY - Hari ini Perdana Menteri (PM) Australia Julia Gillard akan tahu apakah dia dapat membentuk pemerintahan baru dengan dukungan tiga independen atau tidak.
Demikian juga dengan pemimpin oposisi Liberal/Nasional Tony Abbott. Tiga “kingmaker” anggota parlemen dari independen berharap membuat keputusan pada hari ini. Itu artinya, keputusan mereka akan mengakhiri lebih dari dua pekan ketidakpastian pascapemilu 21 Agustus.
“Harapan saya adalah kami akan membuat keputusan mungkin pada besok pagi,” kata Tony Windsor, satu dari tiga kingmaker,kemarin. Ketiga independen, Windsor, Rob Oakeshott, dan Bob Kateter, terus dibujuk oleh Gillard dan Abbott untuk memberi dukungan pada masing-masing kandidat PM.
Ketiganya menjadi penentu utama setelah pemilu gagal menghasilkan kubu mayoritas di parlemen sehingga memperburuk kelumpuhan politik di negeri itu. Partai Buruh yang dipimpin Gillard telah mendapat 74 kursi, kurang dua kursi untuk meraih mayoritas di majelis rendah. Sedangkan aliansi Liberal/Nasional hanya mendapatkan 73 kursi. Karena itulah suara ketiga independen sangat menentukan kubu mana yang dapat membentuk pemerintahan baru Australia. Kebuntuan politik kali ini merupakan masa dramatis dalam politik Australia setelah Gillard mendepak PM Kevin Rudd pada Juni melalui voting internal Buruh. Gillard lantas menjadi PM perempuan pertama Australia dan menyerukan pemilu hanya tiga pekan setelah kudeta internal.
Kemarin tanda perpecahan antara tiga kingmakermulai tampak setelah mereka awalnya bernegosiasi sebagai satu blok. Kondisi itu meningkatkan kemungkinan terbentuknya kursi masing-masing 75 antara Gillard dan Abbottsehinggadapat memaksa digelar pemilu baru. “Kami memiliki perbedaan pandangan politik dan kebijakan. Tampaknya kami mungkin membuat beberapa pilihan tentang apakah kita akan bersama mendapatkan pemerintahan yang stabil atau tidak,” ujar Oakeshott. Tapi trio kingmaker itu telah berhasil memaksakan kesepakatan dengan kedua partai utama untuk melakukan reformasi parlementer, setelah pertemuan mereka dengan Gillard dan Abbott.
Reformasi itu termasuk adanya seorang ketua independen di majelis rendah, posisi yang kini diisi seorang anggota partai berkuasa. Selain itu juga mengubah aturan untuk memberikan pertanyaan pada PM yang akan dibatasi hingga 45 detik dan jawaban selama empat menit. Di setiap acara parlemen dan doa, ketua parlemen juga akan menyatakan “pengakuan negara” untuk mengakui sejarah kepemilikan Aborigin terhadap tanah Australia. Oakeshott menyatakan, reformasi itu didesain untuk memberikan wewenang lebih besar pada 150 anggota majelis rendah dan mengurangi dominasi PM dan menteri kabinet di parlemen.
“Saya pikir itu perubahan positif bagi demokrasi parlementer di Australia,” katanya. Pengamat memperingatkan, pemerintahan baru yang terbentuk akan mudah roboh. Hal ini mengancam reputasi stabilitas ekonomi yang tergantung pada sektor pertambangan.
(AFP/Rtr/syarifudin/sindo)
(Rani Hardjanti)