Memotret Kerumunan dengan Apik
Hide Ads

Tips Fotografi

Memotret Kerumunan dengan Apik

- detikInet
Jumat, 26 Sep 2014 10:42 WIB
Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta -

Belakangan, begitu mudah menemukan keramaian seperti arak-arakan di jalan, festival budaya atau pameran yang disesaki pengunjung.

Tak cuma event tertentu, kerumunan juga mudah ditemui seperti pasar, pejalan kaki, dan kemacetan. Namun, bagaimana memotretnya dengan apik supaya situasi crowded-nya tetap terlihat?

Pertama, cari posisi yang lebih tinggi saat memotret keramaian seperti meja, tangga, balkon, pohon atau jembatan penyeberangan. Dengan angle atas, maka gambaran suasana secara umum mudah tersaji. Selain itu, sesuatu yang kompleks dari keramaian dapat diceritakan dengan lugas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, temukan 'pola imajiner' pada keramaian tersebut seperti garis vertikal, zig-zag, diagonal maupun 9 kotak/persegi panjang dalam 'pakem' rule of third.
Pola imajiner ini yang akan menjadi dasar membuat komposisi foto yang menarik sesuai kebutuhan dan selera fotografer. Dengan kekuatan komposisi, maka separuh pekerjaan fotografer sudah selesai.


Foto1: Mencari posisi tinggi untuk memotret persimpangan Sibuya, Jepang yakni di penyeberangan stasiun (tanda kamera). (Foto: Ari Saputra/detikINET)



Foto 2: Keramaian pameran mobil IIMS 2014 di JIExpo Kemayoran. Garis hitam merupakan pola imajiner untuk membuat komposisi foto lebih rileks dan mudah ditangkap. (Foto: Ari Saputra/detikINET).



Foto3: Lukisan Monalisa di Louvre Paris diapit tanda 'awas copet'. (Foto: Ari Saputra/detikINET)

Komposisi seperti para juru masak menyajikan makanan di piring. Apakah roti berada di pinggir ataukah di tengah. Strawberry berwarna merah bakal dipadu dengan daun pandan yang hijau mencolok ataukah akan bercampur nanas yang kuning genjreng.

Perpaduan berbagai komponen secara menarik, eye catching dan fotogenik tersebut yang -- sederhananya -- bisa disebut komposisi.

Ketiga, cobalah berbagai variasi teknis camera seperti slowspeed atau frezing. Bisa dengan low light, normal atau dibuat sedikit over 1 sampai 2 stop. Permainan warna juga boleh diterapkan dengan takaran yang proporsional.

Memang apa bedanya kalau yang dipotret itu-itu juga? Meski sama, tiap-tiap pilihan mempunyai taste yang berbeda. Mirip sebuah lagu yang bisa dimainkan dengan gaya jazz, swing, pop atau rock. Variasi pilihan bakal memperkaya dan mengasah selera si fotografer, bukan?

Keempat, siapkan lensa normal atau tele. Meski memotret dari atas untuk merekam suasana ramai dari ujung ke ujung, biasanya terdapat sesuatu yang menarik secara khusus/detil. Bila itu terjadi, maka lensa lebar sedikit terabaikan dan perlu lensa yang mampu mendekatkan subjek ke kamera.

Jika mempunyai 'lensa sapu jagat' seperti 18-200mm, pergantian spontan dari lebar ke tele bukanlah masalah utama. Kalaupun mempunyai lensa lebar dan tele terpisah, maka bersiaplan menggonta-ganti lensa hingga tangan bisa melakukannya secara refleks.

Kelima, tetap menjaga sopan santun dan keamanan. Karena memotret dari posisi atas, kemungkinan kaki fotografer berada lebih tinggi dari kepala orang sangat dimungkinkan.

Nah, bagi sebagian masayrakat, posisi ini bisa saja dianggap kurang sopan. Tak ada salahnya permisi terlebih dahulu kalau mengganggu kenyamanan.

Selain itu, keamanan tetap perlu diprioritaskan. Seperti faktor tumpuan memotret, apakah kuat untuk berpijak atau tidak. Sebab, beberapa fotografer terjerembab saat memotret kebakaran karena berpijak pada kayu penopang genteng yang rapuh.

Keamanan dari copet dan tangan jahil juga patut diwaspadai. Kan nggak seru kalau lagi enak-enaknya motret kerumunan, dompet atau lensa raib.

Tidak cuma di Indonesia, tanda awas copet juga ditemukan di samping kiri-kanan lukisan Monalisa di Museum Louvre Paris. Jadi, tanpa mengurangi kenikmatan memotret, waspada itu perlu.

So, selamat menjepret dan membaur di tengah keramaian.

Foto1: Mencari posisi tinggi untuk memotret persimpangan Sibuya, Jepang yakni di penyeberangan stasiun (tanda kamera). (Foto: Ari Saputra/detikInet)
Foto 2: Keramaian pameran mobil IIMS 2014 di JIExpo Kemayoran. Garis hitam merupakan pola imajiner untuk membuat komposisi foto lebih rileks dan mudah ditangkap. (Foto: Ari Saputra/detikInet)



(Ari/ash)