Setelah justru didominasi oleh produsen gadget, pembuat jam tangan pun mulai melirik smartwatch. Timex misalnya yang menawarkan smartwatch yang dapat beroperasi mandiri.
Artinya smartwatch Timex tak perlu disinkronisasikan dengan perangkat lain untuk dapat berfungsi maksimal. Menariknya lagi, smartwatch ini juga memiliki fungsi layaknya gelang kesehatan seperti Nike FuelBand yang dapat menghitung langkah penggunanya.
Namun bila dibandingkan dengan smartwatch berbasis Android yang telah banyak beredar di pasaran, untuk urusan software, smartwtch Timex disebut masih banyak celah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalahnya, karena tak dapat disinkronisasikan dengan perangkat lain, membalas email di layarnya yang mungil tentunya cukup menyulitkan.
Smartwatch Timex juga memiliki aplikasi pemutar musik yang dapat menjalankan hingga 1.000 lagu dari memori internal 4 GB-nya. Namun karena tak memiliki speaker internal, pengguna wajib menghubungkannya ke speaker eksternal berkoneksi Bluetooth untuk mendengarkannya.
Seperti dilansir USA Today, Rabu (6/8/2014), Timex mengatakan smartwatch garapannya memang lebih mengincar penyuka olahraga ketimbang pengguna awam. Itu sebabnya yang ditonjolkan lebih condong ke fitur kesehatan semisal penghitung langkah berbasis GPS dan juga sensor detak jantung.
Pun begitu, Timex disebut tetap berusaha mengajak pengembang aplikasi untuk menghadirkan lebih banyak aplikasi bagi wearable gadget pertamanya itu.
Bicara jeroan, smartwatch Timex sejatinya berbasis Qualcomm Toq. Selain dibekali chip garapan pembesut prosesor Snapdragon tersebut, layar yang digunakannya juga berteknologi Mirasol yang merupakan andalan Qualcomm.
Saat diperkenalkan beberapa waktu lalu, smartwatch Qualcomm Toq dibanderol sebesar USD 350. Begitu juga dengan smartwatch Timex yang dibanderol sedikit lebih mahal, senilai USD 400. Sedangkan untuk yang versi dengan sensor detak jantung konsumen harus menambah USD 40.
โOrang-orang memakai jam tangan untuk alasan yang berbeda, belum tentu untuk sekadar melihat waktu. Ini bisa menjadi elemen fashion. Bisa jadi teknologi. Bisa juga menjadi simbol status tergantung pada titik harganya, ujar Annette Olsen, Direksi Timex.