Salah satu pilihan moda transportasi di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia adalah taksi. Angkutan ini termasuk yang paling banyak berseliewaran dan cukup favorit untuk digunakan.
Dengan kecanggihan smartphone dan penetrasi ekosistem aplikasi di dalamnya, memesan taksi pun kini tak lagi harus mengangkat telepon, akan tetapi cukup dengan sentuhan jari saja.
Beragam aplikasi mulai bertebaran. Bahkan sifatnya kini mulai berkembang ke arah yang lebih luas dan variatif. Salah satunya seperti yang ditawarkan oleh aplikasi Uber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmad Fauzi Ridwan, salah satu pengguna Uber menuturkan, bahwa dirinya tertarik menggunakan Uber setelah melihat di Twitter. Menurutnya, Uber ini semacam aplikasi untuk memanggil mobil sewaan.
"Jadi di aplikasi Uber ini ada peta, di mana kita bisa mengetahui mobil atau yang disebut Black Cars berada di radius yang terdekat dari kita. Jadi sistemnya bukan menelepon seperti order taksi," ujarnya saat berbincang dengan detikINET.
Setelah menemukan Black Cars yang cocok, baru kemudian dikonfirmasi pemesanan dan menentukan dimana akan dijemput. Karena semua berbasis aplikasi, ada perkiraan waktu kapan kendaraan pesanannya akan tiba.
Ridu--panggilan akrabnya--mengaku agak terkejut, karena Black Cars yang datang bukanlah sejenis sedan yang biasa dijadikan armada untuk taksi. Jenisnya termasuk mobil mewah, Nissan Teana.
"Supirnya enak, ramah dan nyaman. Cuma kaget aja ternyata kok kendaraannya mobil mewah. Soal plat, Black Cars pakai plat hitam. Mungkin ini semacama mobil rental hasil kerjasama dengan Uber. Pastinya sih keren, karena di mobilnya ada iPhone," tuturnya lebih lanjut..
Bentuknya memang sama sekali bukan seperti taksi. Bahkan, menurut Ridu, Anda tidak akan menemukan argo yang biasa ditemui di armada taksi lainnya. Lalu dari mana pembayarannya?
Pastinya pengguna harus selalu terhubung dengan aplikasi Uber. Karena 'argo' akan berjalan di dalam aplikasi itu. Ya, tentu saja artinya pengguna harus memiliki kartu kredit untuk dapat menggunakan Uber.
"Biayanya sih agak lebih mahal dari Blue Bird. Karena perhitungannya, biaya per kilometer ditambah waktu tempuh. Jadi makin cepet ya makin murah," tukasnya.
Di situsnya sendiri, perhitungan argonya adalah Rp500 per menit dan Rp 2,850 per kilometer dengan tambahan Base Fare Rp 7000.
Uber merupakan aplikasi yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat. Di Indonesia, mereka baru mulai merambah Jakarta sekitar awal Juni 2014. Belum banyak yang mengetahui aplikasi ini memang.
"(Jakarta) salah satu kota besar di dunia, sedang bergerak cepat. Jakarta merupakan rumah bagi pusat kegiatan politik, budaya, bisnis dan teknologi dari negara terluas dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara," demikian alasan Uber masuk ke Indonesia, yang ditulis di blognya.
Uber tentu saja meramaikan bisnis digital yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tapi seperti halnya aplikasi lainnya, mampukah Uber bertahan? Apalagi Uber sukses dengan diiringi beragam kontroversi.
Lalu bagaimana dengan prospek bisnis dan keamanannya? detikINET akan mengulasnya dalam liputan khusus hari ini.
(tyo/rou)