Tak mudah menjadi seorang CTO--Chief Technology Officer, apalagi di era kompetitif seperti saat ini. Agar tak salah langkah dalam mengambil keputusan soal arah teknologi perusahaan, simak saja kiat sukses dari salah satu CTO terbaik yang pernah ada.
detikINET dalam sebuah pertemuan berkesempatan untuk mewawancarai Hu Yoshida, Vice President sekaligus CTO Hitachi Data Systems (HDS) yang tengah berkunjung ke Indonesia. Dalam kesempatan singkat, kami coba membahas sedikit tentang dunianya para CTO.
Bukan tanpa sebab pembahasan itu dipilih. Pasalnya, pria kelahiran Jepang yang lama tinggal di Amerika Serikat ini sudah kenyang makan asam garam dunia teknologi. Sebelum bergabung di HDS sejak 1997 silam (hingga sekarang), Yoshida sempat menghabiskan 25 tahun masa hidupnya bekerja untuk IBM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, tanggungjawabnya pun meningkat untuk menetapkan strategi bisnis HDS di bidang storage Area Network, Network Attached Storage, dan segala hal yang terkait dengan jaringan dan teknologi data. Puncaknya pada tahun 2006, ia pun dinobatkan sebagai 'CTO of the Year' berkat kesuksesannya.
Lantas, apa kunci suksesnya?
"Menjadi seorang CTO saat ini penuh tantangan. Anda tak hanya harus paham dunia teknologi. Tapi tantangan terbesarnya adalah Anda harus banyak bicara dengan orang lain. Anda harus mau mendengarkan dan mencari jawaban solusi atas kebutuhan mereka," papar Yoshida.
Teori yang kedengarannya mudah, tapi sulit dalam penerapannya. Bagi Yoshida, memang itulah kelemahan orang-orang IT saat ini. Kebanyakan terlalu asyik di dunianya sendiri dan kerap kurang memahami orang-orang yang hidup di luar dunia teknologi.
Padahal menurutnya, teknologi itu pada dasarnya hanya tools untuk membuat hidup manusia jauh lebih mudah dan menyenangkan. IT, menurutnya, tak perlu dibuat makin ribet. Cukup orang-orang IT saja yang pusing memikirkannya. Itu sebabnya, mereka selalu dibayar mahal.
Namun bagaimanapun, dunia IT yang semakin kompleks ini juga butuh penyaluran pengetahuan. Agar masyarakat awam pada umumnya juga bisa mengerti apa saja tren teknologi yang terjadi saat ini. Misalnya saja soal big data, cloud computing, dan sejenisnya. Karena teknologi ini, tanpa disadari sudah jadi bagian dari kehidupan digital masyarakat saat ini.
Ia pun sedikit bercerita tentang fenomena big data yang mau tak mau memang tak bisa dihindari. Di dunia sosial media saat ini, bisa dibayangkan berapa jumlah data yang dihasilkan dari postingan berupa teks, gambar, suara, bahkan video setiap harinya di seluruh dunia. Sudah begitu, file yang sangat besar itu pun masih disimpan di cloud setiap hari.
"Storage bukan lagi jadi bisnis utama kami saat ini. Kami yang dulunya dari mainframe ke storage, lalu sekarang ke cloud. Orang juga mulai rela berbagi infrastruktur, itu sebabnya kami dorong storage as a services. Teknologi di sekitar kita berubah, jadi kita harus ikut berubah dan berinovasi agar bisa terus maju," kata Yoshida.
Yoshida sendiri merupakan lulusan dari University of California Barkeley dengan gelar di bidang matematika. Sebelum berkarir di dunia teknologi, dia pernah menjabat sebagai Komandan Pleton Korps Marinir selama Perang Vietnam dan berhenti dengan pangkat Kapten.
Di usianya yang mulai senja, Yoshida mengaku telah mempersiapkan diri untuk memasuki masa pensiunnya yang mungkin tak lama lagi. Ia ingin mewujudkan cita-cita lamanya yang terpendam; menjadi seorang akademisi.
"Saya sangat suka berbagi ilmu pengetahuan dan menjelaskannya kepada orang-orang, itulah kenapa saya ingin jadi guru. Saya kadang juga suka menulis di blog. Itu cita-cita saya saat tak lagi bekerja di dunia IT kelak," pungkasnya.
(rou/fyk)