Duh, Rumitnya Pembangunan Pabrik Foxconn
Hide Ads

Duh, Rumitnya Pembangunan Pabrik Foxconn

- detikInet
Selasa, 28 Jan 2014 11:13 WIB
Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Mimpi Indonesia untuk punya pabrik ponsel sepertinya memang harus dilalui dengan jalan berliku. Meski investor sudah di depan mata, namun pada prosesnya tak semudah yang dibayangkan.

Ya, pemerintah Indonesia saat ini tengah menjajaki kemungkinan untuk pembangunan pabrik dengan Foxconn. Perusahaan asal Taiwan itu merupakan partner manufaktur Apple, Nokia, BlackBerry, raksasa TI lainnya.

Jadi dengan kehadiran Foxconn di Tanah Air, tentu banyak yang berharap jika Indonesia juga dapat menjadi lumbung pembuatan gadget dunia. Tak melulu jadi konsumen, tapi juga produsen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mimpi ini sejatinya sudah mulai terwujud saat Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan bahwa Foxconn akan memproduksi ponsel dan tablet dengan membangun pabrik di Indonesia dengan menggunakan lahan milik Agung Sedayu Grup di Jawa Barat seluas 50 hektar.

"Tahun ini (2013-red.), bulan-bulan September sampai Desember antara itu. Tapi dipastikan tahun ini," kata MS Hidayat di sela-sela acara pertemuan puncak Forum Pemred di Nusa Dua, Bali, bulan Juni 2013 silam.

Namun apa mau dikata, rencana tinggal rencana, meski tahun 2013 sudah berlalu pada kenyataannya pabrik Foxconn belum juga dibangun.

Belakangan, MS Hidayat mengakui rencana pembangunan pabrik Foxconn molor sampai awal tahun 2014.

"Iya kelihatannya mundur, tetapi perundingannya dengan kelompok Pak Aguan (Agung Sedayu Grup) itu siapa itu Era (Era Jaya) sudah selesai. Sekarang dia minta berunding dengan pemerintah melalui perindustrian, karena dia juga mengajak Kemenperin dan Kementerian lain untuk ikut pro aktif dalam pembagian lembaga risetnya dan sebagainya," kata Hidayat di Trade Expo Indonesia (TEI) ke-28 di arena PRJ, JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

Hidayat menuturkan salah satu kendala yang masih dibahas adalah pola investasi yang berbeda bila dibandingkan dengan pola investasi di China.

Di Indonesia, investasi Foxconn diserahkan melalui kerjasama dengan pengusaha swasta. Sedangkan di China, investasi Foxconn menggandeng langsung pemerintah pusat dan daerah.

Menurut Direktur Marketing and Communication Erajaya Djatmiko Wardoyo, harus diakui bahwa pembangunan pabrik Foxconn di Indonesia begitu rumit dan panjang prosesnya.

"Karena yang dibahas juga banyak. Membicarakan kebijakan dari negara seperti apa? Kedua, ini adalah industri hulu (manufaktur) pertama untuk ponsel. Kalau yang sebelumnya paling cuma assembly (perakitan)," lanjut Koko -- sapaan akrabnya kepada detikINET.

Belum lagi dengan kabar soal pemindahan lokasi pabrik tersebut. Mulai dari daerah Karawang, Banten, sampai Yogyakarta tengah dijajaki kemungkinannya. Jadi ia tak heran jika deal dengan Foxconn tidak bisa selesai dengan waktu sebulan atau dua bulan.

"Apalagi kita belum punya aturan main yang jelas, seperti tax dan aturan lain itu belum ada. Ini industri baru kok. Jadi kalau ditanya pesimistis atau optimistis? Itu balik lagi ke pemerintah, sudah ada belum kepastian hukum dan aturannya," tegas Koko.

"Kalau kita melihat di China, pemerintah sana kan bisa kasih lahan, tax holiday, subsidi terhadap UMP sampai tiga tahun. Nah, kalau hal itu dibawa ke Indonesia kan pemerintah yang bisa jawab," lanjutnya.

Erajaya sendiri tengah menjajaki kerjasama dengan Foxconn yang mencari mitra lokal untuk pembangunan pabriknya. Pun demikian, Koko masih enggan bercerita lebih lanjut soal rencana kolaborasinya tersebut.

"Mengenai lokasi pabrik itu kan hal teknis, jadi terlalu buru-buru kalau kita bicarakan sekarang. Hal prinsip dulu disepakati. Kita kan mitra lokal, tinggal menjalani. Tapi yang prinsip dan policy disepakati dulu dengan menunggu ketok palu pemerintah," tandasnya.


(ash/fyk)